Share this:

Gen-Z dan Hidup Setelah Pandemi: Part 2

12 April 23

Covid-19 saat ini sedang dalam transisi dari pandemi menjadi endemik. Masyarakat yang sebelumnya hidup adaptif dengan penerapan lockdown dan social distancing, perlahan memasuki masa endemik. Transisi dari pandemi menjadi endemik tentunya dirasakan juga oleh Gen-Z. Sebagai generasi digital native dan pengguna internet terbesar, khususnya di Indonesia, mereka sangat bergantung pada teknologi dan digitalisasi sebagai wadah membangun interaksi sosial.

Milestone melakukan wawancara pada beberapa perwakilan Gen-Z di daerah Jakarta mengenai pentingnya konektivitas dan hiburan. Artikel ini merupakan bagian kedua dari “Gen-Z dan Hidup Setelah Pandemi” dan akan membahas mengenai bagaimana kebutuhan Gen-Z terhadap konektivitas dan hiburan dalam kehidupan mereka di era ini.

Konektivitas Tanpa Batas dalam Ruang Terbatas

Gen Z menjadi yang paling terdampak oleh pandemi dalam hal implikasi sosial. Meskipun generasi ini paling mudah bertransisi secara cepat ke kehidupan digital selama pandemi, Gen Z juga membutuhkan interaksi sosial. Pandemi merenggut kesempatan mereka untuk berkomunikasi dan membangun relasi dengan sekitar secara langsung. Alih-alih menghabiskan waktu dengan teman-teman dan bertemu dengan orang baru, mereka justru banyak menghabiskan waktu di depan layar. 

“Kalau waktu pandemi itu gue masih kuliah, saat itu karena kuliahnya online, semuanya dijalanin mulai dari bangun tidur, mandi terus langsung duduk lagi depan laptop dan kuliah...” - Anya (22), First Jobber

“Lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, ngerasain kuliah bahkan wisuda juga online.” - Nisa (24), First Jobber

Adanya wabah Covid-19 yang membatasi interaksi tatap muka, ketergantungan terhadap platform komunikasi digital meningkat pesat. Terutama bagi Gen Z yang notabene adalah generasi digital-nomad, mereka memiliki kemampuan untuk cepat beradaptasi dengan ketersediaan teknologi. Bagi Gen Z, dunia maya dan dunia nyata adalah satu kesatuan. Berbelanja online, bertukar pesan melalui aplikasi chat, dan mengunggah foto atau video ke media sosial merupakan hal lumrah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemudahan yang diberikan melalui teknologi dan digitalisasi, intensitas komunikasi justru meningkat pada saat pandemi bagi Gen Z.

“Kalau untuk komunikasi pas pandemi jadi lebih sering ngobrol online lewat discord atau gmeets, nge-game bareng, bahkan nonton film bareng.”- Genta  (22), First Jobber

“Dulu gue terbiasa sama meeting people directly, ketemu, tapi semenjak ada pandemi nggak bisa. Dengan adanya zoom, gmeet, bener-bener helpful buat komunikasi lebih cepat.” Ray (23), Pegawai Swasta

Memasuki masa endemik, hal lain justru dirasakan oleh para Gen Z. Komunikasi antar teman sebaya di masa endemik justru terasa berkurang, baik dari sisi kuantitas dan kualitas.

“Pas post pandemi gini temen-temen udah pada sibuk. Walaupun sekarang bisa nongkrong langsung tapi intensitasnya gak sesering dulu.” -Genta (22), First Jobber

“ Lama-lama mereka udah pada punya kesibukan masing-masing. Yaah, ada yang jadi gak komunikasi lagi, ada pula yang masih komunikasi tapi intensitasnya menurun.” -Hani (23), First Jobber

Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat bahwa mereka justru merasa lebih terhubung dengan satu sama lain pada masa pandemi dibandingkan saat pasca pandemi. Pandemi banyak merubah pola hidup dan bekerja, sehingga setiap orang memiliki keinginan untuk mengubah aktivitas tersebut setelah pandemi berlalu, termasuk Gen Z. Bagi Gen Z yang akan dan telah memasuki dunia kerja, pandemi telah merenggut kesempatan karir dan ambisi yang ingin mereka raih. Oleh sebab itu, beberapa dari mereka memanfaatkan masa transisi setelah pandemi sebagai peluang untuk fokus pada pengembangan diri dan membuat perubahan besar dalam hidup.

Lewati Pandemi melalui Koneksi dan Hiburan

Selain interaksi sosial, Gen Z juga merupakan generasi yang memiliki keingintahuan akan informasi terbaru di tengah masa lockdown dan social-distancing. Riset dari jurnal internasional bidang peramalan teknologi dan perubahan sosial mengungkapkan bahwa fenomena fear of missing out (FOMO) atau takut tertinggal akan segala hal menjadi faktor utama meningkatnya penggunaan media sosial di kalangan Gen Z. Adanya Whatsapp, Zoom, Google Meet, Discord membuat mereka merasa terbantu agar tetap terhubung dengan satu sama lain. Selain itu, mereka juga membutuhkan hiburan juga menjadi salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan Gen Z. Tak hanya mampu mengusir kecemasan dan kebosanan, hiburan yang tersedia di platform digital juga menjadi ‘short escape’ dari penatnya realita. Kegiatan seperti menonton film, drama Korea, series, dan konten KPop di platform OTT seperti Netflix, YouTube, dan Disney+ menjadi yang paling banyak digandrungi. Lewat hiburan yang disuguhkan oleh para idola dari Negeri Gingseng, Gen-Z mendapat kesenangan dan merasa bahwa dunia baik-baik saja.      

“Karena selama pandemi penggunaan gadget kaya laptop dan handphone jadi makin sering, gue jadi sering nonton series dan film di Netflix, Disney+ dan punya banyak waktu buat merhatiin setiap detail di adegan-adegannya.” -Genta (22), First Jobber

“Saat pandemi gue kepancing mulai nonton drama Korea, idol group KPop. Awalnya dari BTS, terus bergeser ke Stray Kids. Ngeliat konten-konten mereka bisa ngusir penat sekaligus ngerasa kalau dunia baik-baik aja.” -Anya (22), First Jobber

Gen Z kerap menyalurkan energi mereka dengan bermain game online. Game seperti Mobile Legend dan Valoran menjadi salah dua yang menjadi favorit. Selain itu, beberapa dari mereka juga mencoba hal baru melalui aplikasi pendukung yang bisa meningkatkan skill.

“Selama pandemi lebih sering workout di rumah, pakai aplikasi Homeworkout. Dari situ gue sadar kalau ternyata sekarang tuh banyak aplikasi pendukung yang mempermudah kita buat ngelakuin aktivitas seru di rumah, tanpa harus ke gym. Nonton juga udah bisa di Netflix, YouTube dan semacamnya.“ -David  (23)  First Jobber

“Karena di rumah aja, jadi lebih sering masak dan nyobain resep dari YouTube. Biasanya dari channelnya Wilgoz sama Chef Devina. It feels like a therapy for me, dan ajang untuk me time sekaligus nambah skill.” -Nisa (24), First Jobber

Fenomena tersebut selaras dengan hasil riset yang dilakukan oleh IDN Research Institute dalam laporan publikasi Indonesia Gen Z Report 2022, menyebutkan bahwa konsumsi media di kalangan Gen Z didominasi oleh entertainment, olahraga, game online, dan menonton film yang dapat dengan mudah diakses secara online. Tak hanya sekadar menghibur, Gen-Z juga menemukan hobi dan kegiatan baru yang bermanfaat bagi kehidupan mereka sehari-hari.

Be Authentic, Be Optimistic

Melihat kebutuhan Gen-Z akan koneksi, informasi, dan hiburan, dapat disimpulkan bahwa mereka tertarik dengan produk yang menyuguhkan kemudahan, kecepatan, dan kenyamanan untuk berkomunikasi secara efektif meskipun terpisah jarak, seperti WhatsApp, Discord, dan Zoom.

Sebagai peralihan dari rasa penat dan kejenuhan, platform OTT yang mudah diakses kapanpun dan dimanapun juga menjadi pilihan Gen-Z. Selain itu, Gen-Z juga menyukai brand mampu menjawab rasa ingin tahu mereka dan membantu untuk meningkatkan skill melalui konten edukatif, didukung dengan pengemasan konten yang up to date, menarik, namun tetap berbobot. Oleh sebab itu, Gen-Z cenderung lebih tertarik kepada brand yang otentik. Mereka tertarik dengan konten atau produk yang menyuguhkan edukasi, konten yang dikemas secara kekinian, serta konten yang menyuguhkan optimisme dengan cara yang menghibur.

Untuk menarik hati Gen-Z, dibutuhkan strategi branding yang tepat dan efisien, misalnya penggunaan KOL yang sesuai dan campaign yang relevan dengan era saat ini. Bekerja sama dengan branding consultant terpercaya seperti Milestone dapat menjadi solusi bagi brand untuk berkomunikasi dengan baik kepada target market yang dituju.